Emang baju kamu beli
dimana ?Mereknya apa ? Keluaran kapan ? Bulan lalu ?
Aku kira hal-hal
kayak gitu cuma ada di sinetron, and I was wrong. Hal-hal tersebut nyata adanya
dalam kehidupan kita sehari-hari. Entahlah, aku agak males dengan yang namany stratifikasi,
pengkelasan. It seems like what we wear will show who we are. Harus memakai
baju bermerek A, sepatu bermerek B, yang merupakan keluaran terbaru dan limited
edition. Well, honestly aku bingung kenapa harus dibeda-bedain gitu, dan
anehnya,mereka yang memakai barang-barang, katakanlah yang brandnya sama,
membuat kelompok, dan mereka , katakanlah yang tidak menggunakan brand-brand
tersebut menjadi satu kelompok, yang kebanyakan tidak perduli dengan
brand-brand tersebut.
I do travelling. Aku
bukan menghakimi, tapi karen a aku melihat jadi aku mengamati. Dan dari
penglihatan dan pendengaranku, kudapatkan beberapa fakta, yang mengejutkan.
Kudapati beberapa anak yang ternyata bukanlah anak orang mampu yang dapat membeli
semua barang-barang tersebut dengan murah, mereka hanyalah anak orang-orang
biasa yang menabung, ya menabung. Menyisihkan uang yang diberikan untuk membeli
barang-barang yang diinginkan demi
memenuhi tuntutan sosial. Mungkin
terkesan bagus jika mereka benar-benar menabung, ada beberapa dari mereka yang
terkesan memaksa orang tua mereka,
“entar ga gaul kalo
ga pake ini, ntar aku ga punya temen Ma, temen-temen aku pake kayak gini semua,”
Orang tua yang
memang pada dasarnya ingin melihat anaknya bahagia, akan melakukan apapun demi
melihat anaknya bahagia. Orang tua bekerja keras untuk memenuhi apa yang
diinginkan anaknya tersebut, dan anak tersebut bergaya atau dalam artian bangga
bisa ikut-ikutan bergaya bersama mereka yang memang benar-benar mampu. Sungguh
miris. Mungkin itu hanya untuk bergaya, lalu ada juga untuk yang bepacaran.
Jujur aku pernah memberi hadiah kepada teman-teman ku yang berulang tahun, dan
ketika teringat bagaimana orang tua ku mencari uang, aku sedih, namun aku tidak
mau menyesal, karena ketika memberi, Allah pasti akan membalasnya, entah kapan
dan dimana, namun balasan dari Allah itu pasti.*bukan sok bijak ya ini.
Jadi, intinya,
sebenarnya memenuhi tuntutan sosial dan mengikuti stratifikasi sosial itu tidak
dilarang, tidak pula diwajibkan. Namun,
jika memang “mereka” yang masih beranggapan bahwa mengikuti trend menentukan
teman, haha..itu bener kok, Cuma buat
apa berteman kalo ujung-ujung nya ngabisin uang. Temen yang baik itu, ya
menerima kamu apa adanya, bukan yang bisa ngikutin gaya hidup mereka, bukan
yang bikin kamu tertekan dengan mengikuti gaya mereka, jadilah dirimu sendiri, don’t need to be perfect, you just need to
be real. Kalau kamu menunjukkan
dirimu yang sebenernya, tidak berpura-pura, alam akan menerimu, semua orang
akan menerimamu, apa adanya, jika mereka tidak mau menerima mu apadanya, they
aren’t going to be worthed. Find another
and try to be independet. Do you what you want as long as it makes you
happy,*tapi inget, yang tidak menyalahi nilai dan norma yaa...
Baiklah, sekian dulu
yaa...Banyak yang pengen aku tulis tapi aku harus siap-siap untuk melanjutkan
perjalanan ku yang selanjutnya, dan baju aku belum kering, dan ga panas dan aku
mager banget karena masih pengen males-malesan di kasur ka vian sambil nikmatin
good day cappucino yang enakk bangett.. oke udah dulu deh, see you
With Love
Farindh
Komentar
Posting Komentar